Mewujudkan insan yang Qur’ani, Amali, dan Saintis sehingga mampu mencetak generasi-generasi Qur’ani, Sebelum melanjutkan artikel 6 Hal yang Perlu Jadi perhatian Orang-tua saat Memondokkan Anak, Sekedar kami info:
Apabila Anda Mendambakan putra/putri untuk menjadi Tahfidz kunjungi website Pondok Pesantren Tahfidz
BERTEPATAN dengan musim akseptasi peserta didik baru (PPDB), beberapa orangtua berjibaku dalam menemukan instansi pengajaran terbaik untuk anak-anaknya. Beberapa orangtua terdiri dari tiga tipologi. Pertama, ingin mengirimi anak ke sekolah resmi. Ke-2 , ingin anak tempuh pengajaran alternative (Home schooling) dan yang paling akhir ingin anaknya mondok.
Ada tiga argumen kenapa orangtua yang ingin anaknya mondok ke pesantren: Pertama, ingin membentengi anak dari dampak negatif pertemanan bebas. Ke-2 , mengharap si anak jadi ustadz (pakar agama) dan Ke-3 , terhalang ongkos.
Harus saya mengakui, ongkos menuntut pengetahuan di pesantren ialah termurah dibandingkan instansi pengajaran apa saja.
Di Indonesia ada bermacam pesantren. Dimulai dari punya individu, berbasiskan wakaf sampai yang di bawah lindungan organisasi masyarakat Keagamaan. Pada dasarnya, pesantren paling banyak dipunyai masyarakat Nahliyin. Selanjutnya organisasi masyarakat Hidayatullah dan Persyarikatan Muhammadiyah. Khusus Muhammadiyah, organisasi ini cukup eksper meningkatkan instansi pengajaran resmi, namun belum terbukti saat meningkatkan pesantren.
Dari sisi konsentrasi dan visi khusus, ada pesantren yang fokus kepenguasaan bahasa arab, ushul fikih, pengetahuan tasawuf, hafalan Quran sampai yang mempunyai visi mengobati pencandu narkotika dan menemani golongan lansia. Orangtua perlu memerhatikan enam hal ini saat akan memondokkan anak :
1) Tekad anak
Jaman saat ini sebaiknya orangtua ajak diskusi hal memondokkan anak. Tidak boleh berlaku otoriter! apa lagi tidak memberikan hak mengungkapkan opini. Biarkanlah kemauan mondok itu datang dari idenya sendiri. la memaksakan anak untuk mondok ke sebuah pesantren, dapat ditegaskan anak tidak kerasan. Dia tidak bernafsu belajar dan membuat pelanggaran berat agar dikeluarkan dari pesantren. Orangtua akan disibukkan kembali dengan cari instansi pengajaran yang disebabkan tingkah si anak.
2) Bukan Pesantren Menyimpang
Tidak tutup peluang di Indonesia ada pesantren yang menyimpang santrinya. Mengajari pengetahuan ketahanan tubuh dan doktrin menyelimpang, misalnya : memperkenankan tidak sholat jumat, memperkenankan nikah berbeda agama, mengkultuskan Ali bin abi thalib, sholat fardhu dengan 2 bahasa, memandang najis orang di luar pesantrennya sampai mengajari santri dan alumninya agar pilih pimpinan kafir dalam pilkada dan pilpres.
3) Ada Kyainya
Cari ustadz (guru) dan santri itu gampang. Yang sulit pada jaman saat ini ialah cari kyai yang militan meningkatkan pesantren. Tidak dapat disebutkan pesantren bila tidak ada kyainya. Pada jaman saat ini, kyai yang diperlukan ialah kyai yang sanggup memberikan makan umat dan punyai leadership yang baik. Kita tidak perlu “kyai proposal” apa lagi “Kyai Amplop” yang bikin pusing masalah keuangan. Kyai semacam ini tidak punyai marwah dan tidak dapat konsentrasi 24 jam menemani santri-santrinya.
4) Sarana pantas
Teman dekat saya, Gus Helmi Mawali, M. Ag berbicara, “Mondok itu latih olah rasa, olah jiwa dan gaya hidup simpel”. Harus terima apa saja keadaan sarana pesantrennya. Tetapi, untuk anak jaman saat ini khususnya dari perkotaan, yang disaksikan kelaikan sarana. Kebersihan kamar mandi, kamar yang pantas huni, sarana kerajinan tangan (kaligrafi, menenun, menjahit dan beberapaya), dan sarana Multimedia dalam menyangga proses evaluasi.
Oleh karena itu, berkaca pengalaman dari Dr. Muhammad Ali Anwar (Dosen IAI Pangeran Diponegoro, Nganjuk), “Pesantren perlu membuat sarana di dalamnya lebih bagus dari sarana yang awalnya dirasa santri di tempat tinggalnya”. Maksudnya ialah agar santri berasa nyaman dalam lingkungan pesantren dan tidak mudah ajukan ijin pulang ke rumah.
5) Pengkajian Kitab Turats
Selainnya keutamaan kehadiran kyai, ada lagi satu yang penting dipunyai pesantren, yaitu pengkajian kitab turats. Tanpa kegiatan itu, santri-santri tidak rasakan nuansa atau atmosfer pesantren. Santri akan banyak tidak bekerja dan tidak mendapatkan pengetahuan agama dari sumber yang paling dipercaya. Mustahil santri cuman diminta membaca buku terjemahan ulama apa lagi beberapa buku cerita Orientalis. Bagaimana jadi jika kelak dia mempraktikkan ilmunya di tengah-tengah warga jika tak pernah membahas kitab Turats?
6) Punyai Keunikan
Keunikan yang dipunyai sebuah pesantren akan membuat gampang dikenali masyatakat dan punyai daya jual. Sekarang ini Ponpes tidak cuman mengajari agama, tetapi juga pengetahuan usaha. Beberapa kembali jadi perintis pendayagunaan untuk warga sekelilingnya. Dapat disebutkan Pesantren mulai jalankan fikih sosial di tengah-tengah warga.