Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, mengolah gas Indonesia bertambah sebesar 45 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) bersama beroperasinya Lapangan Jumelai.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyebutkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) selaku operator di Wilayah Kerja (WK) Mahakam bersama perlindungan dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) selaku induk usaha resmikan pengoperasian proyek pengembangan Lapangan Jumelai yang jadi anggota dari Proyek Jumelai, North Sisi, North Nubi (JSN) di Lapangan Senipah-Peciko-South Mahakam (SPS), Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara.

Seremoni ini tandanya dimulainya aliran gas dari anjungan JML1 di Lapangan South Mahakam ke Lapangan SPS. Proyek Jumelai merupakan proyek fasilitas mengolah pertama dari PHM yang beroperasi pada 2022.

“Estimasi mengolah dari proyek ini adalah gas sebesar 45 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dan kondensat 710 BCPD (barel kondensat per hari). Dengan mengolah yang memadai besar, maka mengolah dari Lapangan Jumelai jadi salah satu penopang keperluan migas nasional sekaligus sebagai penggerak roda perekonomian bagi Indonesia, lebih-lebih di Provinsi Kalimantan Timur.

 

Target 2022

Hal ini pasti saja merupakan capaian yang benar-benar baik mengingat pelaksanaan pekerjaan berada terhadap situasi pandemi Covid-19. SKK Migas termasuk untuk mengimbuhkan apresiasi atas usaha keras dari seluruh pihak dalam usaha dengan untuk memenuhi amanah pemerintah di sektor migas dengan menggunakan Fill Rite Flow Meter.

Julius termasuk mendorong supaya PHM dapat memenuhi target th. 2022 yakni lifting gas sebesar 498 MMSCFD dan lifting minyak 26 ribu barel minyak per hari (bph).

“Pemenuhan target tersebut dapat di dukung oleh proyek-proyek sarana mengolah PHM lain yang dapat beroperasi di 2022 yakni Proyek North Sisi North Nubi di Agustus 2022 dan Proyek Bekapai 3 di November 2022. Oleh dikarenakan itu kami meminta supaya perwira PHM dapat mengimbuhkan segala usaha supaya kedua proyek tersebut termasuk dapat on stream tepat waktu,” imbuh Julius.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Manager Project PHM Setyo Sapto Edi menjelaskan, bahwa Proyek JSN merupakan proyek green field pertama yang dijalankan oleh PHM sejak alih kelola dari operator sebelumnya ke Pertamina.

Proyek ini dimulai sehabis mendapat persetujuan konsep pengembangan (Plan of Development/POD) terhadap Juli 2018, dilanjutkan dengan final investment decision terhadap Oktober 2019, dan eksekusi proyek saar Juni 2020 lewat penandatanganan kontrak dengan mitra kerja yakni PT Meindo Elang Indah sebagai pelaksana proyek.

 

3 Anjungan

Sementara General Manager PHM Raam Krisna menjelaskan Proyek JSN adalah bukti nyata komitmen PHM untuk terus berinovasi dan melaksanakan optimasi dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

“Hal ini pasti tidak dapat diraih tanpa perlindungan penuh dari SKK Migas, PHE, dan PHI selaku induk usaha,” tambahnya.

Krisna termasuk memberikan Proyek JSN sudah mencatat lebih kurang 4,6 juta aman manhour tanpa tersedia kecelakaan kerja.

“Hal ini jadi benar-benar penting dikarenakan keselamatan dalam bekerja adalah nilai utama yang dipegang oleh perusahaan lebih-lebih oleh PHM,” ujarnya.

“Diperkirakan on stream pertama sumur JUM-102 di anjungan JML1 ini adalah sebesar 20 MMSCFD, dapat terdapat 3 sumur yang nantinya dialirkan ke JML1. Dengan beroperasinya anjungan JML1, kami perkirakan mengolah gas PHM dapat dapat lagi capai mengolah tertingginya di th. 2022 yakni sebesar 527 MMSCFD,” papar Krisna.

Saat ini anjungan JML1 miliki desain kapasitas mengolah hingga 45 MMSCFD. Dengan konsep beroperasinya 3 anjungan Proyek JSN, diinginkan dapat dapat memproduksikan gas sebanyak 135 MMSCFD dan mendukung mengolah migas dari WK Mahakam sebesar 20 prosen terhadap th. 2024.

By Drajad